Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Rabu, 18 Februari 2015

Struktur BAB I pada skripsi

BAB I
Dalam membuat skripsi khususnya bab 1. Terlebih dahulu seorang mahasiswa harus tau formatnya. Secara umum bab 1 berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Untuk membuat contoh pada bab 1 ini disesuaikan dengan judul skripsi, yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Negri 2 Palembang”. Contoh struktur bab 1 adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang Masalah
1.2.   Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah
1.2.1.      Pembatasan Masalah
1.2.2.      Rumusan Masalah
1.3.   Tujuan Penelitian
1.4.   Manfaat Penelitian
Berikut penjelasannya :
1.      Latar Belakang Masalah
Misalnya anda ingin membuat 10 paragraf. Berarti kerangkanya adalah 3 paragraf tentang pendidikan, 2 paragraf tentang permasalahan yang kerap terjadi terkait hasil belajar, 3 paragraf tentang masalah penelitian anda, 1 paragraf  asumsi dasar memilih media x, 1 paragraf penegasan judul. 
Jumlah-jumlah paragraf di atas sebenarnya bebas yang terpenting adalah pola dari umum ke khusus. Perhatikan juga isi permasalahan yang anda paparkan sebisa mungkin untuk fokus dan lebih banyak pada yang terkait dengan penelitian anda. Bagi beberapa dosen latar belakang masalah harus fokus dan to the point pada masalah penelitian. Jika demikian maka latar belakang masalah anda hanya akan terdiri dari 2-5 paragraf saja.  Dibawah ini adalah contohnya.
1.1.   Latar Belakang Masalah
Pendidikan matematika adalah salah satu mata pelajaran yang telah ada sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Matematika juga merupakan mata pelajaran yang memiliki karakteristik yang bersifat abstrak. Sifat matematika yang abstrak ini menyebabkan banyak siswa yang mengalami berbagai kesulitan dalam mempelajari matematika, apalagi dalam hal memahami dan menyelesaikan persoalan matematika. Oleh itu pendidikan di sekolah sangatlah berperan penting untuk kehidupan dimasa depan.
Matematika itu bukan saja dituntut sekedar menghitung, tetapi siswa juga dituntut agar lebih mampu menghadapi berbagai masalah dalam hidup ini. Masalah itu baik mengenai matematika itu sendiri maupun masalah dalam ilmu lain, serta dituntut suatu disiplin ilmu yang sangat tinggi, sehingga apabila telah memahami konsep matematika secara mendasar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tetapi kenyataannya jauh dari harapan, kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika masih sangat kurang. Kebanyakan siswa beranggapan bahwa pelajaran matematika itu membosankan dan sangat sulit untuk dipelajari, ditambah juga dengan dipengaruhi model-model pembelajaran yang digunakan guru dalam menyelesaikan masalah matematika yang kurang tepat. Oleh itu tujuan pembelajaran seringkali tidak terlaksana dengan baik.
Berdasarkan hasil informasi yag diperoleh dari guru bidang studi Matematika SMP Negeri 2 Palembang, dalam proses belajar disekolah tersebut selama ini khususnya pada pelajaran matematika, siswa hanya mendengar, memperhatikan, mencatat kemudian mengerjakan soal latihan. Yang lebih aktif dalam berfikir adalah guru, siswa kebanyakan bertindak sebagai penerima materi dan belajar secara individual. Pada umumnya pembelajaran yang digunakan guru masih didominasi pendekatan pembelajaran biasa yang digunakan guru didominasi pendekatan pembelajaran biasa yang kurang memberi penekanan pada penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan siswa tidak terbiasa dalam menyelesaikan masalah. Siswa cenderung menyelesaikan suatu  masalah dengan meniru cara guru dalam menyelesaikan soal-soal yang diperagakan ketika guru menyelesaikannya.
Untuk mengatasi masalah-masalah pembelajaran tersebut dibutuhkan pendekatan serta model pembelajaran yang sesuai. Dimana peoses pembelajaran tersebut adalah siswa dapat terampil berkomunikasi, memecahkan masalah dengan berkelompok serta diharapkan dapat lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat menyatu dengan masalah yang dimaksud adalah Kooperatif Tipe Jigsaw.
Apapun bentuk kegiatan-kegiatan guru mulai dari merancang pembelajaran, memilih dan menetukan materi, pendekatan strategi dan metode pembelajaran serta menentukan teknik evaluasi, semuanya diarahkan untuk mencapai keberhasilan serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Meskipun guru secara sungguh-sungguh telah berupaya merancang dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, namun masalah-masalah dalam belajar tetap saja dijumpai oleh guru. Oleh itu guru harus mengetahui perkembangan siswa didalam kelas.
Kemampuan guru dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif didalam proses belajar mengajar. Pengembangan model pembelajaran pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan serta dapat membuat siswa menjadi lebih aktif untuk mengoptimalkan hasil belajar.
Model jigsaw pada hakekatnya model pembelajaran kooperatif yang berpusat pada siswa. Siswa mempunyai peran dan  tanggung jawab besar dalam pembelajaran. Guru  berperan sebagai fasilisator dan motivator. Ketrampilan belajar kooperatif dan penguasaan pengetahuan secara mendalam  yang tidak mungkin diperoleh siswa  apabila siswa mempelajari materi secara individual.
Menurut Jhonson (dalam Rusman, 2012: 219) melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Salah satunya meningkatkan hasil belajar, meningkatkan daya ingat  dan dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas , peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “ PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 2 PALEMBANG”.
2.      Pembatasan Masalah
Batasan masalah diperlukan agar ruang lingkup penelitian menjadi lebih jelas, fokus, dan lebih spesifik. Batasan masalah biasanya berisi definisi kata-kata yang menimbulkan penafsiran ganda yang kemudian oleh penulis diberi satu makna. Batasan masalah menegaskan apa saja yang harus dilakukan dan tidak dilakukan dalam penelitian. Berikut adalah contoh pembatasan masalah :
1.2.   Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah
1.2.1.      Pembatasan Masalah
Agar pembatasan masalah mencapai sasaran dan memberi arahan yang jelas serta tidak menyimpang dari permasalahan yang akan dibahas salam penelitian ini. Maka penulis membatasi ruang lingkup dari permasalahannya yaitu :
1.      Peningkatan yang dimaksud dilihat dari perbandingan hasil analisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan sebelum diberikan perlakuan dengan hasil analisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2.      Siswa yang diteliti adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Palembang semester genap tahun pelajaran 2013-2014.
3.      Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah tentang segi empat.

1.2.2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siwa setelah diterapkan model kooperatif tipe jigsaw di SMP Negeri 2 Palembang ?”

3.      Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat yang menunjukkan adanya hasil, sesuatu yang diperolah setelah penelitian penelitian selesai, sesuatu yang  akan dicapai/dituju dalam sebuah penelitian. Rumusan tujuan mengungkapkan keinginan peniliti untuk memperoleh jawaban atas permasalahan penelitian yang diajukan. Oleh karena, rumusan tujuan harus relevan dengan identitas masalah yang ditemukan, rumusan masalah dan mencerminkan proses penelitian.  Tujuan penelitian berfungsi :
1.      Untuk mengetahui deskripsi berbagai fenomena alamiah
2.      Untuk menerangkan hubungan antara berbagai kejadian
3.      Untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
4.      Untuk memperlihatkan efek tertentu
Berikut adalah contoh tujuan penelitian:
1.3.   Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah “untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah diterapkan model kooperatif tipe jigsaw di SMP Negeri 2 Palembang.

4.      Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan dampak dari pencapaiannya tujuan. Seandainya dalam penelitian, tujuan dapat tercapai dan rumusan masalah dapat dipecahkan secara tepat dan kurat, maka apa manfaatnya secara praktis maupun secara teoritis. Kegunaan penelitian mempunyai dua hal yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan (secara teoritis) dan membantu mengatasi, memecahkan dan mencegah masalah yang ada pada objek yang diteliti. Kegunaan hasil penelitian terhubung dengan sarana-sarana yang diajukan setelah kesimpulan. Kegunaan hasil penelitian merupakan follow up pengguna informasi yang didapat dari kesimpulan. Adapun contoh dari manfaat penelitian sebagai berikut :
1.4.   Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.      Bagi Sekolah : sebagai acuan atau masukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan matematika khususnya dalam proses belajar mengajar.

2.      Bagi Guru : diharapkan model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw ini dijadikan suatu alternatif yang dapat diterapkan oleh pendidik dalam melaksanakan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar