BAB I
Dalam membuat skripsi khususnya bab
1. Terlebih dahulu seorang mahasiswa harus tau formatnya. Secara umum bab 1
berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian. Untuk membuat contoh pada bab 1 ini
disesuaikan dengan judul skripsi, yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa SMA Negri 2 Palembang”. Contoh struktur bab 1 adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
1.2.
Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah
1.2.1.
Pembatasan Masalah
1.2.2.
Rumusan Masalah
1.3.
Tujuan Penelitian
1.4.
Manfaat Penelitian
Berikut penjelasannya :
1. Latar
Belakang Masalah
Misalnya
anda ingin membuat 10 paragraf. Berarti kerangkanya adalah 3 paragraf tentang
pendidikan, 2 paragraf tentang permasalahan yang kerap terjadi terkait hasil
belajar, 3 paragraf tentang masalah penelitian anda, 1 paragraf asumsi
dasar memilih media x, 1 paragraf penegasan judul.
Jumlah-jumlah
paragraf di atas sebenarnya bebas yang terpenting adalah pola dari umum ke
khusus. Perhatikan juga isi permasalahan yang anda paparkan sebisa mungkin
untuk fokus dan lebih banyak pada yang terkait dengan penelitian anda. Bagi
beberapa dosen latar belakang masalah harus fokus dan to the point pada masalah
penelitian. Jika demikian maka latar belakang masalah anda hanya akan terdiri
dari 2-5 paragraf saja. Dibawah ini adalah contohnya.
1.1.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan matematika adalah salah
satu mata pelajaran yang telah ada sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi.
Matematika juga merupakan mata pelajaran yang memiliki karakteristik yang
bersifat abstrak. Sifat matematika yang abstrak ini menyebabkan banyak siswa
yang mengalami berbagai kesulitan dalam mempelajari matematika, apalagi dalam
hal memahami dan menyelesaikan persoalan matematika. Oleh itu pendidikan di
sekolah sangatlah berperan penting untuk kehidupan dimasa depan.
Matematika itu
bukan saja dituntut sekedar menghitung, tetapi siswa juga dituntut agar lebih
mampu menghadapi berbagai masalah dalam hidup ini. Masalah itu baik mengenai
matematika itu sendiri maupun masalah dalam ilmu lain, serta dituntut suatu
disiplin ilmu yang sangat tinggi, sehingga apabila telah memahami konsep
matematika secara mendasar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tetapi
kenyataannya jauh dari harapan, kemampuan siswa dalam menyelesaikan
permasalahan matematika masih sangat kurang. Kebanyakan siswa beranggapan bahwa
pelajaran matematika itu membosankan dan sangat sulit untuk dipelajari, ditambah
juga dengan dipengaruhi model-model pembelajaran yang digunakan guru dalam
menyelesaikan masalah matematika yang kurang tepat. Oleh itu tujuan
pembelajaran seringkali tidak terlaksana dengan baik.
Berdasarkan
hasil informasi yag diperoleh dari guru bidang studi Matematika SMP Negeri 2
Palembang, dalam proses belajar disekolah tersebut selama ini khususnya pada
pelajaran matematika, siswa hanya mendengar, memperhatikan, mencatat kemudian
mengerjakan soal latihan. Yang lebih aktif dalam berfikir adalah guru, siswa
kebanyakan bertindak sebagai penerima materi dan belajar secara individual.
Pada umumnya pembelajaran yang digunakan guru masih didominasi pendekatan
pembelajaran biasa yang digunakan guru didominasi pendekatan pembelajaran biasa
yang kurang memberi penekanan pada penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari
dan siswa tidak terbiasa dalam menyelesaikan masalah. Siswa cenderung menyelesaikan
suatu masalah dengan meniru cara guru
dalam menyelesaikan soal-soal yang diperagakan ketika guru menyelesaikannya.
Untuk mengatasi
masalah-masalah pembelajaran tersebut dibutuhkan pendekatan serta model
pembelajaran yang sesuai. Dimana peoses pembelajaran tersebut adalah siswa
dapat terampil berkomunikasi, memecahkan masalah dengan berkelompok serta
diharapkan dapat lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Salah satu model
pembelajaran yang dapat menyatu dengan masalah yang dimaksud adalah Kooperatif
Tipe Jigsaw.
Apapun bentuk
kegiatan-kegiatan guru mulai dari merancang pembelajaran, memilih dan menetukan
materi, pendekatan strategi dan metode pembelajaran serta menentukan teknik
evaluasi, semuanya diarahkan untuk mencapai keberhasilan serta tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Meskipun guru secara sungguh-sungguh telah
berupaya merancang dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, namun
masalah-masalah dalam belajar tetap saja dijumpai oleh guru. Oleh itu guru
harus mengetahui perkembangan siswa didalam kelas.
Kemampuan guru
dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan model-model pembelajaran yang
berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif didalam
proses belajar mengajar. Pengembangan model pembelajaran pada dasarnya
bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan serta dapat
membuat siswa menjadi lebih aktif untuk mengoptimalkan hasil belajar.
Model jigsaw
pada hakekatnya model pembelajaran kooperatif yang berpusat pada siswa. Siswa
mempunyai peran dan tanggung jawab besar dalam pembelajaran. Guru
berperan sebagai fasilisator dan motivator. Ketrampilan belajar
kooperatif dan penguasaan pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin
diperoleh siswa apabila siswa mempelajari materi secara individual.
Menurut Jhonson
(dalam Rusman, 2012: 219) melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif
model Jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki
berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Salah satunya
meningkatkan hasil belajar, meningkatkan daya ingat dan dapat digunakan untuk mencapai taraf
penalaran tingkat tinggi.
Berdasarkan
latar belakang yang dikemukakan diatas , peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian yang berjudul “ PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 2
PALEMBANG”.
2. Pembatasan
Masalah
Batasan
masalah diperlukan agar ruang lingkup penelitian menjadi lebih jelas, fokus,
dan lebih spesifik. Batasan masalah biasanya berisi definisi kata-kata yang
menimbulkan penafsiran ganda yang kemudian oleh penulis diberi satu makna.
Batasan masalah menegaskan apa saja yang harus dilakukan dan tidak dilakukan
dalam penelitian. Berikut adalah contoh pembatasan masalah :
1.2.
Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah
1.2.1.
Pembatasan Masalah
Agar
pembatasan masalah mencapai sasaran dan memberi arahan yang jelas serta tidak
menyimpang dari permasalahan yang akan dibahas salam penelitian ini. Maka
penulis membatasi ruang lingkup dari permasalahannya yaitu :
1.
Peningkatan yang dimaksud dilihat dari perbandingan
hasil analisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan
sebelum diberikan perlakuan dengan hasil analisis kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa setelah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw.
2.
Siswa yang diteliti adalah siswa kelas VII SMP Negeri
2 Palembang semester genap tahun pelajaran 2013-2014.
3.
Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah
tentang segi empat.
1.2.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siwa setelah diterapkan model
kooperatif tipe jigsaw di SMP Negeri 2 Palembang ?”
3. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian merupakan rumusan kalimat yang menunjukkan adanya hasil, sesuatu
yang diperolah setelah penelitian penelitian selesai, sesuatu
yang akan dicapai/dituju dalam sebuah penelitian. Rumusan tujuan
mengungkapkan keinginan peniliti untuk memperoleh jawaban atas permasalahan
penelitian yang diajukan. Oleh karena, rumusan tujuan harus relevan dengan
identitas masalah yang ditemukan, rumusan masalah dan mencerminkan proses
penelitian. Tujuan penelitian berfungsi :
1. Untuk
mengetahui deskripsi berbagai fenomena alamiah
2. Untuk
menerangkan hubungan antara berbagai kejadian
3. Untuk
memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
4. Untuk
memperlihatkan efek tertentu
Berikut
adalah contoh tujuan penelitian:
1.3.
Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah “untuk mengetahui peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa setelah diterapkan model kooperatif tipe
jigsaw di SMP Negeri 2 Palembang.
4. Manfaat
Penelitian
Manfaat
penelitian merupakan dampak dari pencapaiannya tujuan. Seandainya dalam
penelitian, tujuan dapat tercapai dan rumusan masalah dapat dipecahkan secara
tepat dan kurat, maka apa manfaatnya secara praktis maupun secara teoritis.
Kegunaan penelitian mempunyai dua hal yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan
(secara teoritis) dan membantu mengatasi, memecahkan dan mencegah masalah yang
ada pada objek yang diteliti. Kegunaan hasil penelitian terhubung dengan
sarana-sarana yang diajukan setelah kesimpulan. Kegunaan hasil penelitian
merupakan follow up pengguna informasi yang didapat dari kesimpulan. Adapun
contoh dari manfaat penelitian sebagai berikut :
1.4. Manfaat
Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah :
1. Bagi
Sekolah : sebagai acuan atau masukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan
matematika khususnya dalam proses belajar mengajar.
2. Bagi
Guru : diharapkan model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw ini dijadikan
suatu alternatif yang dapat diterapkan oleh pendidik dalam melaksanakan
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar