Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Rabu, 22 Oktober 2014

Pengertian Kurikulum, Sejarah Kurikulum dan Landasan Kurikulum


Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.

Sejarah Kurikulum
Dalam perjalanannya dunia pendidikan Indonesia telah menerapkan 6 kurikulum yaitu :
a.             Kurikulum 1968
Setelah berakhirnya orde lama, keluar ketetapan MPRS No XXVII/MPRS/1966 yang berisi tujuan pendidikan : membentuk manusia pancasilais yang sejati. Dua tahun kemudian lahirlah kurikulum 1968, sebuah pedoman praktis pendidikan yang tersruktur pertama kali (Cony Semiawan,1980). Tujuan pendidikan menurut kurikulum 1968 adalah mempertinggi mental-moral budi pekerti dan memperkuat keyakinan agama, mempertinggi keterampilan, serta membina atau menggembangkan fisik yang kuat dan sehat. Ketentuan – ketentuan dalam kurikulum 1968 adalah :
1.      Bersifat : correlated subject curriculum
2.      Jumlah mata pelajaran untuk SD sepuluh bidang studi, SMP sebelas bidang studi (Bahasa Indonesia dibedakan Bahasa Indonesia I dan Bahasa Indonesia II) SMA jurusan A delapan belas bidang studi, SMA jurusan B Dua puluh bidang studi, SMA jurusan C Sembilan belas bidang studi.
3.      Penjurusan SMA dilakukan di kelas dua. Pada waktu diberlakukan Kurikulum 1968 yang menjabat menteri pendidikan adalah Mashuru, S.H.

b.            Kurikulum 1975
Ketentuan – ketentuan kurikulum 1975 adalah :
1.      Sifat : integrated curriculum organization
2.      SD mempunyai satu struktur program terdiri atas 9 bidang studi
3.      Pelajaran Ilmu Alam dan Ilmu Hayat menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
4.      Pelajaran Ilmu Aljabar dan Ilmu Ukur menjadi Matematika
5.      Jumlah mata pelajaran SMP dan SMA menjadi 11 bidang studi
6.      Penjurusan SMA dibagi menjadi 3 yaitu : IPA, IPS, Bahasa dimulai pada permulaan semester ke - 2
Karena kurikulum ini tidak dapat diimplemasikan di masing – masing sekolah di Indonesia maka kurikulum ini diganti oleh kurikulum 1984.


c.             Kurikulum 1984
Ketentuan – ketentuan dalam kurikulum 1984 adalah :
1.      Sifat : Content Based Curriculum
2.      Program pelajaran mencakup 11 bidang studi
3.      Jumlah mata pelajaran SMP menjadi 12 bidang studi
4.      Jumlah mata pelajaran SMA 15 bidang studi untuk  program inti, 4 bidang studi untuk bidang pilihan
5.      Penjurusan SMA dibagi lima program A1 (Ilmu Fisika), A2 (Ilmu Biologi), A3 (Ilmu Sosial), A4 (Ilmu Budaya), A5 (Ilmu Agama)
6.      Penjurusan dilakukan pada kelas 2

Dalam perjalanan kurikulum 1984 dianggap oleh banyak kalangan sarat beban sehingga diganti dengan kurikulum1994 yang lebih sederhana.

d.         Kurikulum 1994
Ketentuan – ketentuan dalam kurikulum 1994 adalah :
1.      Bersifat ; objective based curriculum
2.      Nama SMP diganti menjadi SLTP, dan SMA diganti SMU
3.      Mata pelajaran PSPB dihapus
4.      Program pengajaran SD dan SLTP disusun oleh 13 mata pelajaran
5.      Program pengajaran SMU disusun dalam 10 mata pelajaran
6.      Penjurusan Sma dilakukan di kelas 2 yang terdiri dari program IPA, program IPS, program Bahasa.

Ketika reformasi bergulir, kurikulum 1994 mengalami penyesuaian – penyesuaian dalam rangka mengakomodasi tuntutan – tuntutan oleh karena itu muncul suplemen 1994 yang lahir tahun1995. Dalam suplemen – suplemen tersebut ada penyesuaian – penyesuaian yaitu : mata pelajaran sosial seperti PPKN, Sejarah, dan beberapa mata pelajaran yang lainnya. Bersamaan dengan lahirnya dengan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menggantikan nomor 2 Tahun 1989, pemerintah melalui Departemen Pendidikan  Nasional menggagas kurikulum baru yang diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi.

e.             Kurikulum 2004 ( kurikulum berbasis kompetensi )
Pendidikan di Indonesia dianggap hanya melahirkan lulusan yang akan menjadi beban Negara dan masyarakat. Karena kurang ditunjang dengan kompetensi yang memadai ketika terjun ke dalam masyarakat. Untuk merespon hal tersebut pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional menawarkan kurikulum yang dianggap mampu menjawab problematika seputar rendahnya mutu pendidikan dewasa ini. Karena dalam kurikulum berbasis kompetensi peserta didik diarahkan untuk menguasai sejumlah kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditentukan    
( kunandar 2005 ).
Ketentuan  - ketentuan dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah :
1.      bersifat: competency based curriculum
2.      penyebutan SLTP menjadi SMP dan SMU menjadi SMA
3.      program pengajaran SD disusun dalam 7 mata pelajaran
4.      program pengajaran SMP disusun dalam 11 mata pelajaran
5.      program pengajaran SMA disusun dalam 17 mata pelajaran
6.      penjurusan SMA dilakukan dikelas II, terdiri atas Ilmu Alam, Sosial, dan Bahasa ( Kompas, 16 Agustus 2005 )
Kurikulum ini belum disahkan oleh Menteri Pendidikan walaupun sudah diuji coba di beberapa sekolah melalui pilot project. Hal tersebut disebabkan kurikulum ini menuai kritik dari beberapa kalangan baik dari para  ahli Pendidikan dan praktisi pendidikan. Beberapa kritik terhadap kurikulum ini:
1.      Masih sarat dengan materi sehingga ketakutan guru akan dikejar-kejar materi seperti yang terjadi pada kurikulum 1994 akan terulang kembali.
2.      Pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional masih terlalu intervensi terhadap kebijakan sekolah dan guru untuk mengembangkan kurikulum tersebut.
3.      Masih belum jelasnya (bias) pengertian kompetensi sehingga ketika diterapkan pada standar kompetensi kululusan belum terlalu aplikatif.
4.      Adanya sistem penilaian yang belum jelas dan terukur.

Melalui kebijakan pemerintah, kurikulum berbasis kompetensi mengalami revisi,dengan dikeluarkannya Permen Diknas No.23 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Permen Diknas No.24 tentang pelaksanaan kedua Permen diatas yang dikeluarkan pada tahun 2006. Dengan dikeluarkannya ketiga Permen diatas seakan menjawab ketidakjelasan nasib KBK  yang selama ini sudah diterapkan di beberapa sekolah.

f. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
KTSP merupakan revisi dan pengembangan dari pengembangan dari kurukulum berbasis kompetensi atau ada yang menyebut kurikulum 2004. KTSP lahir Karena KBK masih sarat dengan beban belajar dan pemerintah pusat dalam hal ini Depdiknas masih dipandang terlalu intervensi dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu dalam KTSP beban belajar siswa agak berkurang dan tingkat satuan pendidikan (sekolah, guru, dan komite sekolah) diberikan kewenangan untuk mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, dan beberapa komponen kurikulum lainnya.

Landasan Kurikulum
1.        Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
a.       Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b.      Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
c.       Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahamu kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan  bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu?
d.      Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
e.        Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruksivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Disamping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstuktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis , memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dan proses.
Aliran filsafat Perenialisme, Essensialisme, eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam Pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
2.        Landasan Psikologis
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
Masih berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teori-teori psikologis yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip pemikiran Spencer, Ella Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa kompetensi merupakan ”karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi”.
Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu:
a.    Motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.
b.    Bawaan; yaitu karakteristik fisisk yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau informasi.
c.    Konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang.
d.    Pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang;
e.    Keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.
Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan dikembangkan.
3.         Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun kelingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarkat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukamdinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbankan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial-budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.

4.        Landasan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang.
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dan standar mutu tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta menngatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian.
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.










Per.
Ke
Kompetensi Dasar
Pokok Bahasan
Sub Pokok Bahasan
Kegiatan Perkuliahan
Keterangan
I
Mahasiswa memiliki kesamaan persepsi dan pemahaman terhadap sistem perkuliahan pada MK Teori Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Orientasi Kontrak Mata Kuliah
-  Identitas Mata Kuliah
-  Deskripsi mata kuliah
-  Sasaran belajar
-  Kegiatan Perkuliahan
-  Evaluasi perkuliahan
   Lecture presentation
   Class discussion
   Lecture appreciation
Dosen
II
Mahasiswa memahami konsep dasar bejar
Konsep Dasar Belajar
-  Pengertian belajar
-  Hakikat belajar
-  Ciri-ciri belajar
-  Jenis-jenis belajar
-  Aktivitas belajar
   Lecture presentation
   Class discussion
   Lecture appreciation
Dosen
III
Mahasiswa memahami dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
-  Faktor lingkungan
-  Faktor instrumental
-  Kondisi fisiologis
-  Kondisi psikologis
    Group presentation
   Class discussion, ,
   Lecture appreciation
Kelompok 1
IV
Mahasiswa memahami konsep motivasi belajar
Konsep motivasi belajar
-  Pengertian motivasi
-  Motivasi intrinsik
-  Motivasi ekstrinsik
-  Prinsip-prinsip motivasi belajar
-  Fungsi motivasi dalam belajar
-  Bentuk-bentuk motivasi dalam belajar
-  Upaya meningkatkan motivasi belajar
    Group presentation
   Class discussion, ,
   Lecture appreciation
Kelompok 2
V
Mahasiswa dapat memahami hakikat teori belajar behaviorisme
Teori belajar behaviorisme
-  Konsep dasar teori belajar Behaviorisme
-  Karakteristik belajar menurut teori Behaviorisme
-  Asumsi-asumsi dan prinsip belajar menurut teori Behaviorisme
-  Allternatif pembelajaran menurut teori Behaviorisme
    Group presentation
   Class discussion, ,
   Lecture appreciation
Kelompok 3
VI
Mahasiswa dapat memahami hakikat teori belajar kognitif
Teori Belajar Kognitif
-  Konsep dasar teori belajar Kognitivisme
-  Karakteristik belajar menurut teori kognitivisme
-  Asumsi-asumsi dan prinsip belajar menurut teori kognitivisme
-  Allternatif pembelajaran menurut teori kognitivsme
    Group presentation
   Class discussion, ,
   Lecture appreciation
Kelompok 4
VII
Mahasiswa dapat memahami hakikat teori belajar konstruktivisme
Teori Belajar Konstruktivisme
-  Konsep dasar teori belajar Konstruktivisme
-  Karakteristik belajar menurut teori Konstruktivisme
-  Asumsi-asumsi dan prinsip belajar menurut teori Konstruktivisme
-  Allternatif pembelajaran menurut teori Konstruktivisme

    Group presentation
   Class discussion, ,
   Lecture appreciation
Kelompok 5
VIII
Mahasiswa dapat memahami hakikat teori belajar humanisme
Teori Belajar Humanisme
-  Konsep dasar teori belajar Humanisme
-  Karakteristik belajar menurut teori Humanisme
-  Asumsi-asumsi dan prinsip belajar menurut teori Humanisme
-  Allternatif pembelajaran menurut teori Humanisme
    Group presentation
   Class discussion, ,
   Lecture appreciation
Kelompok 6
IX
Mahasiswa dapat memberikan umpan balik terhadap pokok bahasan yang telah dipelajari dari materi awal – pertengahan semester
Ujian Tengah Semester
Dosen
X
Mahasiswa dapat memahami konsep dasar pembelajaran
Konsep Dasar Pembelajaran
-  Konsep Pembelajaran
-  Hakikat pembelajaran
-  Landasan konsep pembelajaran
-  Proses Pembelajaran
-  Hasil Belajar dari Pembelajaran
    Group presentation
   Class discussion, ,
   Lecture appreciation
Kelompok 7
XI
Mahasiswa dapat mendeskripsikan komponen-komponen pembelajaran
Komponen-Komponen Pembelajaran
-  Pengertian
-  Tujuan Pembelajaran
-  Bahan Pembelajaran
-  Strategi dan Metode Pembelajaran
-  Media Pembelajaran
-  Evaluasi Pembelajaran
    Group presentation
   Class discussion, ,
   Lecture appreciation
Kelompok 8
XII
Mahasiswa dapat memahami model pembelajaran
Model Pembelajaran
-  Pengertian
-  Model Pembelajaran Langsung
-  Model Pembelajaran Kooperatif
-  Model Pembelajaran Berbasis Masalah
    Group presentation
   Class discussion, ,
   Lecture appreciation
Kelompok 9
XIII
Mahasiswa dapat memahami konsep pembelajaran kontekstual
konsep pembelajaran kontekstual
-  Pengertian Pembelajaran Kontekstual
-  Komponen Pembelajaran Kontekstual
-  Perencanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
-  Strategi Pembelajaran Kontekstual
-  Aplikasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
   Lecture presentation
   Class discussion
   Lecture appreciation
Dosen
XIV
Mahasiswa dapat memberikan umpan balik terhadap pokok bahasan yang telah dipelajari dari materi pertengahan – akhir semester
Ujian Tengah Semester

Tidak ada komentar:

Posting Komentar