Pengertian
Kurikulum
Kurikulum
adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh
suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi
rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu
periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan
dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan
pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Sejarah
Kurikulum
Dalam perjalanannya dunia pendidikan
Indonesia telah menerapkan 6 kurikulum yaitu :
a.
Kurikulum 1968
Setelah berakhirnya orde lama, keluar ketetapan MPRS No
XXVII/MPRS/1966 yang berisi tujuan pendidikan : membentuk manusia pancasilais
yang sejati. Dua tahun kemudian lahirlah kurikulum 1968, sebuah pedoman praktis
pendidikan yang tersruktur pertama kali (Cony Semiawan,1980). Tujuan pendidikan
menurut kurikulum 1968 adalah mempertinggi mental-moral budi pekerti dan
memperkuat keyakinan agama, mempertinggi keterampilan, serta membina atau
menggembangkan fisik yang kuat dan sehat. Ketentuan – ketentuan dalam kurikulum
1968 adalah :
1.
Bersifat : correlated subject curriculum
2. Jumlah mata pelajaran untuk
SD sepuluh bidang studi, SMP sebelas bidang studi (Bahasa Indonesia dibedakan
Bahasa Indonesia I dan Bahasa Indonesia II) SMA jurusan A delapan belas bidang
studi, SMA jurusan B Dua puluh bidang studi, SMA jurusan C Sembilan belas
bidang studi.
3. Penjurusan SMA dilakukan di
kelas dua. Pada waktu diberlakukan Kurikulum 1968 yang menjabat menteri
pendidikan adalah Mashuru, S.H.
b.
Kurikulum 1975
Ketentuan – ketentuan kurikulum 1975
adalah :
1.
Sifat : integrated curriculum organization
2. SD mempunyai satu struktur
program terdiri atas 9 bidang studi
3. Pelajaran Ilmu Alam dan
Ilmu Hayat menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
4. Pelajaran Ilmu Aljabar dan
Ilmu Ukur menjadi Matematika
5. Jumlah mata pelajaran SMP
dan SMA menjadi 11 bidang studi
6. Penjurusan SMA dibagi
menjadi 3 yaitu : IPA, IPS, Bahasa dimulai pada permulaan semester ke - 2
Karena kurikulum ini tidak dapat
diimplemasikan di masing – masing sekolah di Indonesia maka kurikulum ini
diganti oleh kurikulum 1984.
c.
Kurikulum 1984
Ketentuan – ketentuan dalam
kurikulum 1984 adalah :
1.
Sifat : Content Based Curriculum
2.
Program pelajaran mencakup 11 bidang studi
3.
Jumlah mata pelajaran SMP menjadi 12 bidang studi
4. Jumlah mata pelajaran SMA
15 bidang studi untuk program inti, 4
bidang studi untuk bidang pilihan
5.
Penjurusan SMA dibagi lima program A1 (Ilmu Fisika), A2 (Ilmu Biologi), A3
(Ilmu Sosial), A4 (Ilmu Budaya), A5 (Ilmu Agama)
6.
Penjurusan dilakukan pada kelas 2
Dalam perjalanan kurikulum 1984
dianggap oleh banyak kalangan sarat beban sehingga diganti dengan kurikulum1994
yang lebih sederhana.
d.
Kurikulum 1994
Ketentuan – ketentuan dalam
kurikulum 1994 adalah :
1.
Bersifat ; objective based curriculum
2.
Nama SMP diganti menjadi SLTP, dan SMA diganti SMU
3.
Mata pelajaran PSPB dihapus
4.
Program pengajaran SD dan SLTP disusun oleh 13 mata pelajaran
5.
Program pengajaran SMU disusun dalam 10 mata pelajaran
6. Penjurusan Sma dilakukan di
kelas 2 yang terdiri dari program IPA, program IPS, program Bahasa.
Ketika reformasi bergulir, kurikulum 1994 mengalami penyesuaian
– penyesuaian dalam rangka mengakomodasi tuntutan – tuntutan oleh karena itu
muncul suplemen 1994 yang lahir tahun1995. Dalam suplemen – suplemen tersebut
ada penyesuaian – penyesuaian yaitu : mata pelajaran sosial seperti PPKN,
Sejarah, dan beberapa mata pelajaran yang lainnya. Bersamaan dengan lahirnya
dengan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang menggantikan nomor 2 Tahun 1989, pemerintah melalui Departemen
Pendidikan Nasional menggagas kurikulum
baru yang diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi.
e.
Kurikulum 2004 ( kurikulum berbasis kompetensi )
Pendidikan di Indonesia dianggap hanya melahirkan lulusan
yang akan menjadi beban Negara dan masyarakat. Karena kurang ditunjang dengan
kompetensi yang memadai ketika terjun ke dalam masyarakat. Untuk merespon hal
tersebut pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional menawarkan kurikulum
yang dianggap mampu menjawab problematika seputar rendahnya mutu pendidikan
dewasa ini. Karena dalam kurikulum berbasis kompetensi peserta didik diarahkan
untuk menguasai sejumlah kompetensi sesuai dengan standar yang telah
ditentukan
( kunandar 2005 ).
Ketentuan - ketentuan dalam kurikulum berbasis
kompetensi adalah :
1.
bersifat: competency based curriculum
2.
penyebutan SLTP menjadi SMP dan SMU menjadi SMA
3.
program pengajaran SD disusun dalam 7 mata pelajaran
4.
program pengajaran SMP disusun dalam 11 mata pelajaran
5.
program pengajaran SMA disusun dalam 17 mata pelajaran
6. penjurusan SMA dilakukan
dikelas II, terdiri atas Ilmu Alam, Sosial, dan Bahasa ( Kompas, 16 Agustus
2005 )
Kurikulum ini belum disahkan oleh Menteri Pendidikan
walaupun sudah diuji coba di beberapa sekolah melalui pilot project. Hal
tersebut disebabkan kurikulum ini menuai kritik dari beberapa kalangan baik
dari para ahli Pendidikan dan praktisi
pendidikan. Beberapa kritik terhadap kurikulum ini:
1. Masih sarat dengan materi
sehingga ketakutan guru akan dikejar-kejar materi seperti yang terjadi pada
kurikulum 1994 akan terulang kembali.
2. Pemerintah pusat dalam hal
ini Departemen Pendidikan Nasional masih terlalu intervensi terhadap kebijakan
sekolah dan guru untuk mengembangkan kurikulum tersebut.
3. Masih belum jelasnya (bias)
pengertian kompetensi sehingga ketika diterapkan pada standar kompetensi
kululusan belum terlalu aplikatif.
4.
Adanya sistem penilaian yang belum jelas dan terukur.
Melalui kebijakan pemerintah, kurikulum berbasis kompetensi
mengalami revisi,dengan dikeluarkannya Permen Diknas No.23 tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Permen Diknas No.24 tentang pelaksanaan kedua Permen
diatas yang dikeluarkan pada tahun 2006. Dengan dikeluarkannya ketiga Permen
diatas seakan menjawab ketidakjelasan nasib KBK
yang selama ini sudah diterapkan di beberapa sekolah.
f. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
KTSP merupakan revisi dan
pengembangan dari pengembangan dari kurukulum berbasis kompetensi atau ada yang
menyebut kurikulum 2004. KTSP lahir Karena KBK masih sarat dengan beban belajar
dan pemerintah pusat dalam hal ini Depdiknas masih dipandang terlalu intervensi
dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu dalam KTSP beban belajar siswa
agak berkurang dan tingkat satuan pendidikan (sekolah, guru, dan komite sekolah)
diberikan kewenangan untuk mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator,
silabus, dan beberapa komponen kurikulum lainnya.
Landasan
Kurikulum
1.
Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting
dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan,
kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme,
essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam
pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu,
sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang
dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah
ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya
dengan pengembangan kurikulum.
a.
Perenialisme lebih menekankan pada
keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari warisan budaya dan dampak
sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan
kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada
kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan
waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b.
Essensialisme menekankan pentingnya
pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik
agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata
pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang
berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme,
essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
c.
Eksistensialisme menekankan pada
individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahamu
kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini
mempertanyakan bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu?
d.
Progresivisme menekankan pada
pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi
pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi
pengembangan belajar peserta didik aktif.
e.
Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut
dari aliran progresivisme. Pada rekonstruksivisme, peradaban manusia masa depan
sangat ditekankan. Disamping menekankan tentang perbedaan individual seperti
pada progresivisme, rekonstuktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan
masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk
apa berfikir kritis , memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut
aliran ini menekankan pada hasil belajar dan proses.
Aliran filsafat Perenialisme, Essensialisme, eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam Pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
Aliran filsafat Perenialisme, Essensialisme, eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam Pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
2.
Landasan Psikologis
Nana
Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang
psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi
perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu
yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya.
Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan
perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu,
serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat
belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya
dalam belajar yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
Masih
berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teori-teori
psikologis yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip
pemikiran Spencer, Ella Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa
kompetensi merupakan ”karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan
hubungan kausal dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang
terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi”.
Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu:
a. Motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.
b. Bawaan; yaitu karakteristik fisisk yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau informasi.
c. Konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang.
d. Pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang;
e. Keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.
Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan dikembangkan.
Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu:
a. Motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.
b. Bawaan; yaitu karakteristik fisisk yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau informasi.
c. Konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang.
d. Pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang;
e. Keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.
Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan dikembangkan.
3.
Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum
dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan,
kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa
pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun
kelingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun
memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup,
bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta
didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal
dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.
Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya
menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan
pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi
terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan
diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh
karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan
kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di
masyakarakat.
Setiap
lingkungan masyarakat masing-masing memiliki-sosial budaya tersendiri yang
mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarkat. Salah satu
aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang
mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai
tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan
lainnya.
Sejalan
dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga
turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan
perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di
sekitar masyarakat.
Israel
Scheffer (Nana Syaodih Sukamdinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan
manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan
membuat peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang
dikembangkan sudah seharusnya mempertimbankan, merespons dan berlandaskan pada
perkembangan sosial-budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal,
nasional maupun global.
4.
Landasan Ilmu Pengetahuan dan
Tekhnologi
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan
tekhnologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad
pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori
baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus
semakin berkembang.
Akal manusia telah mampu menjangkau
hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu
kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan
kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di
Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki
di Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang
informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada
peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini
terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan
keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang
berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dan standar mutu tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta menngatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dan standar mutu tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta menngatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian.
Perkembangan dalam bidang Ilmu
Pengetahuan dan Tekhnologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi
telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum
seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.
Per.
Ke
|
Kompetensi
Dasar
|
Pokok
Bahasan
|
Sub
Pokok Bahasan
|
Kegiatan
Perkuliahan
|
Keterangan
|
|
I
|
Mahasiswa
memiliki kesamaan persepsi dan pemahaman terhadap sistem perkuliahan pada MK
Teori Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
|
Orientasi
Kontrak Mata Kuliah
|
-
Identitas Mata Kuliah
-
Deskripsi mata kuliah
-
Sasaran belajar
-
Kegiatan Perkuliahan
- Evaluasi perkuliahan
|
Lecture presentation
Class discussion
Lecture appreciation
|
Dosen
|
|
II
|
Mahasiswa
memahami konsep dasar bejar
|
Konsep
Dasar Belajar
|
-
Pengertian belajar
-
Hakikat belajar
-
Ciri-ciri belajar
-
Jenis-jenis belajar
- Aktivitas belajar
|
Lecture presentation
Class discussion
Lecture appreciation
|
Dosen
|
|
III
|
Mahasiswa
memahami dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar
|
Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
|
-
Faktor lingkungan
-
Faktor instrumental
-
Kondisi fisiologis
- Kondisi psikologis
|
Group presentation
Class discussion, ,
Lecture
appreciation
|
Kelompok
1
|
|
IV
|
Mahasiswa
memahami konsep motivasi belajar
|
Konsep
motivasi belajar
|
-
Pengertian motivasi
-
Motivasi intrinsik
-
Motivasi ekstrinsik
-
Prinsip-prinsip motivasi belajar
-
Fungsi motivasi dalam belajar
-
Bentuk-bentuk motivasi dalam belajar
- Upaya meningkatkan motivasi belajar
|
Group presentation
Class discussion, ,
Lecture
appreciation
|
Kelompok
2
|
|
V
|
Mahasiswa
dapat memahami hakikat teori belajar behaviorisme
|
Teori
belajar behaviorisme
|
-
Konsep dasar teori belajar Behaviorisme
-
Karakteristik belajar menurut teori Behaviorisme
-
Asumsi-asumsi dan prinsip belajar menurut teori Behaviorisme
- Allternatif pembelajaran menurut teori
Behaviorisme
|
Group presentation
Class discussion, ,
Lecture
appreciation
|
Kelompok
3
|
|
VI
|
Mahasiswa
dapat memahami hakikat teori belajar kognitif
|
Teori
Belajar Kognitif
|
-
Konsep dasar teori belajar Kognitivisme
-
Karakteristik belajar menurut teori kognitivisme
-
Asumsi-asumsi dan prinsip belajar menurut teori kognitivisme
- Allternatif pembelajaran menurut teori
kognitivsme
|
Group presentation
Class discussion, ,
Lecture
appreciation
|
Kelompok
4
|
|
VII
|
Mahasiswa
dapat memahami hakikat teori belajar konstruktivisme
|
Teori
Belajar Konstruktivisme
|
-
Konsep dasar teori belajar Konstruktivisme
-
Karakteristik belajar menurut teori Konstruktivisme
-
Asumsi-asumsi dan prinsip belajar menurut teori Konstruktivisme
- Allternatif pembelajaran menurut teori
Konstruktivisme
|
Group presentation
Class discussion, ,
Lecture
appreciation
|
Kelompok
5
|
|
VIII
|
Mahasiswa
dapat memahami hakikat teori belajar humanisme
|
Teori
Belajar Humanisme
|
-
Konsep dasar teori belajar Humanisme
-
Karakteristik belajar menurut teori Humanisme
-
Asumsi-asumsi dan prinsip belajar menurut teori Humanisme
- Allternatif pembelajaran menurut teori
Humanisme
|
Group presentation
Class discussion, ,
Lecture
appreciation
|
Kelompok
6
|
|
IX
|
Mahasiswa
dapat memberikan umpan balik terhadap pokok bahasan yang telah dipelajari
dari materi awal – pertengahan semester
|
Ujian Tengah Semester
|
Dosen
|
|||
X
|
Mahasiswa
dapat memahami konsep dasar pembelajaran
|
Konsep Dasar Pembelajaran
|
-
Konsep Pembelajaran
-
Hakikat pembelajaran
-
Landasan konsep pembelajaran
-
Proses Pembelajaran
-
Hasil Belajar dari Pembelajaran
|
Group presentation
Class discussion, ,
Lecture appreciation
|
Kelompok
7
|
|
XI
|
Mahasiswa
dapat mendeskripsikan komponen-komponen pembelajaran
|
Komponen-Komponen
Pembelajaran
|
-
Pengertian
-
Tujuan Pembelajaran
-
Bahan Pembelajaran
-
Strategi dan Metode Pembelajaran
-
Media Pembelajaran
- Evaluasi Pembelajaran
|
Group presentation
Class discussion, ,
Lecture
appreciation
|
Kelompok
8
|
|
XII
|
Mahasiswa
dapat memahami model pembelajaran
|
Model
Pembelajaran
|
-
Pengertian
-
Model Pembelajaran Langsung
-
Model Pembelajaran Kooperatif
- Model Pembelajaran Berbasis Masalah
|
Group presentation
Class discussion, ,
Lecture
appreciation
|
Kelompok
9
|
|
XIII
|
Mahasiswa
dapat memahami konsep pembelajaran kontekstual
|
konsep
pembelajaran kontekstual
|
-
Pengertian Pembelajaran Kontekstual
-
Komponen Pembelajaran Kontekstual
- Perencanaan
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
-
Strategi Pembelajaran Kontekstual
- Aplikasi pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran
|
Lecture presentation
Class discussion
Lecture appreciation
|
Dosen
|
|
XIV
|
Mahasiswa
dapat memberikan umpan balik terhadap pokok bahasan yang telah dipelajari
dari materi pertengahan – akhir semester
|
Ujian Tengah Semester
|
||||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar