A. Hakikat
Pertumbuhan dan Perkembangan
Di dalam seluruh jangka kehidupan manusia, semenjak dalam kandungan sampai
meninggal di dalamnya terjadi perubahan-perubahan baik fisik maupun psikis.
Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pertumbuhan dan perkembangan dalam
dirinya.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua istilah yang senantiasa
digunakan secara bergantian. Keduanya tidak bisa dipisah-pisah, akan tetapi
saling bergantung satu dengan lainnya bahkan bisa dibedakan untuk maksud lebih
memperjelas penggunaannya.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut ukuran
dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai
hasil dari proses kematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal
pada anak yang sehat dalam perjalanan waktu tertentu. Hasil pertumbuhan itu
berwujud bertambahnya ukuran-ukuran kuantitatif badan anak, seperti
panjang/tinggi, berat, dan kekuatannya demikian pula pertumbuhan itu tampak
pada makin sempurnanya syaraf dan perubahan-perubahan struktur jasmani. Dengan
demikian pertumbuhan dapat dikatakan sebagai proses perubahan dan kematangan
fisik.
Werner pada 1957 (Sunarto, dkk, 1994:31) menjelaskan bahwa “perkembangan
sejalan dengan prinsip orthogenetis, berlangsung dari keadaan global dan kurang
berdeferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan
integrasi meningkat secara bertahap”. Dapat dikata konsep perkembangan itu
mengandung unsur keseluruhan (totalitas) dan berkesinambungan yang berlangsung
secara bertahap. Selanjutnya Libert, Paulus dan Stauss (dalam Singgih, 1990:31)
merumuskan arti perkembangan yaitu: “perkembangan adalah proses perubahan dalam
pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan
lingkungan”. Selain itu perkembangan proses perubahan akibat dari
pengalaman. Istilah perkembangan dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas
mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak.
Perubahan-perubahan meliputi beberapa aspek, baik fisik maupun psikis.
Perubahan dimaksud dapat dikategorikan menjadi empat yaitu: (1) perubahan dalam
ukuran; (2) perubahan dalam perbandingan; (3) berubah untuk mengganti hal-hal
yang lama; dan (4) berubah untuk memperoleh hal-hal yang baru.
Soesilo Windradini (1995:2) menyatakan bahwa perkembangan
individu tidak berlangsung secara otomatis, tetapi perkembangan tersebut sangat
bergantung pada beberapa faktor, yaitu: (1) heriditas, (2) lingkungan, (3)
kematangan fisik dan psikis, dan (4) aktivitas anak sebagai subyek bebas yang
berkemauan, dalam arti anak bisa mengadakan seleksi, bisa menolak dan
menyetujui serta mempunyai emosi.
Perubahan
dalam perkembangan bertujuan untuk memperoleh penyesuaian diri terhadap
lingkungan di mana ia hidup. Untuk mencapai tujuan maka realisasi diri
“aktualisasi diri” sangat penting perannya. Realiasasi diri memainkan peran
penting dalam kesehatan mental, maka seseorang yang berhasil menyesuaikan diri
dengan baik secara pribadi dan sosial harus mempunyai kesempatan untuk
mengungkapkan minat dan keinginannya dengan cara memuaskan dirinya.
Tetapi pada saat yang sama harus menyesuaikan dengan standar-standar yang
diterima. Kurangnya kesempatan berdampak pada kekecewaan dan sikap-sikap
negatif terhadap orang lain dan bahkan terhadap kehidupan pada umumnya.
Perubahan-prubahan baik fisiologis maupun psikologis tidak semua orang
menyadarinya, kecuali terjadinya perubahan itu secara mendadak, cepat, dan
mempengaruhi pola kehidupan mereka. Suatu bukti hampir semua orang takjub
terhadap masa pubertas, pertumbuhan melonjak dari akhir masa kanak-kanak ke
awal masa remaja. Sama halnya dengan usia lanjut ketika proses penuaan terus
berlangsung seseorang telah menyadari bahwa kesehatan mulai “berkurang” dan
pikiran mulai “mundur” sehingga perlu ada penyesuaian baru terhadap perubahan
dalam pola kehidupan mereka.
Pada saat individu menyadari bahwa dalam dirinya ada perubahan-perubahan
maka mereka akan mengambil sikap terhadap perubahan-perubahan
ini. Adabeberapa faktor yang mempengaruhi sikap individu terhadap
perubahan dalam perkembangan. Adapun faktor dimaksud adalah:
1)
Penampilan diri
Perubahan-perubahan
yang meningkatkan penampilan diri seseorang akan diterima dengan senang hati
dan mengarah kepada sikap yang menyenangkan. Sedangkan
perubahan-perubahan yang mengurangi penampilan diri akan ditolak dengan segala
cara dan diupayakan untuk menutupinya.
2)
Perilaku
Kalau
perubahan-perubahan cenderung ke arah yang memalukan maka akan berpengaruh pada
sikap terhadap perubahan yang kurang menyenangkan, sebaliknya bilamana
perubahannya menyenangkan maka akan berpengaruh pada sikap yang menyenangkan
pula.
3)
Setereotip Budaya dan Nilai Budaya
Setereotip
budaya akan dipakai untuk menilai individu pada usia-usia tertentu.
Setiap kebudayaan memiliki nilai-nilai tertentu yang dikaitkan dengan usia-usia
yang berbeda. Usia produktif (kebudayaan Amerika) menuntun kita bahwa sikap
terhadap kelompok usia dewasa ini lebih menyenangkan daripada usia-usia lainnya
(remaja dan usia lanjut).
4)
Perubahan peranan
Sikap
terhadap seseorang dari lapisan usia sangat dipengaruhi oleh peran yang mereka
mainkan. Bila seseorang mengubah perannya, kurang senang, misalnya
pensiun atau menjanda, maka sikap masyarakat terhadap mereka menjadi kurang
simpatik.
5)
Pengalaman pribadi
Pengalaman
pribadi mempunyai pengaruh besar terhadap sikap individu dalam menghadapi
perubahan yang terjadi dalam perkembangan. Sikap terhadap penuaan menjadi
kurang menyenangkan. Sikap ini dipertanjam oleh sikap-sikap sosial yang kurang
menyenangkan.
B.
Prinsip-prinsip Perkembangan
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan berkenaan dengan perkembangan individu adalah sebagai
berikut:
1. Masa kanak-kanak
adalah periode yang merupakan dasar bagi kehidupan. Dalam tahun-tahun pertama
kehidupan, artinya pada masa kanak-kanak, dibentuk sikap, kebiasaan, dan
perilaku yang sebagian besar dibawa pada masa selanjutnya. Namun demikian,
dapat pula terjadi perubahan-perubahan selama perjalanan hidup yang mungkin
disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya: (a) bimbingan dan bantuan orang
lain, (b) cara-cara menghadapi anak, (c) motivasi intrinsik yang kuat, dan (d)
pengalaman yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan.
2.
Perkembangan disebabkan karena kematangan dan belajar/latihan. Kematangan dan
belajar/latihan adalah sebab-sebab perkembangan yang saling berhubungan.
Kematangan menentukan kesiapan seseorang untuk belajar.
3.
Semua individu berbeda
Memperhatikan
perbedaan individu adalah penting sekali. Adanya perbedaan individu tersebut
menyebabkan: kemungkinan tidak adanya reaksi yang sama terhadap rangsang yang
sama dari lingkungan; tidak dapat diramalkan dengan pasti bagaimana reaksi
seseorang walaupun diketahui reaksi yang umum; tidak ada kesamaan dalam
menghadapi semua anak/orang; dan tidak dapat diharapkan adanya prestasi yang
sama dari semua anak/orang seumur. Perbedaan individu dapat disebabkan oleh:
kesehatan, kesempatan untuk belajar, motivasi belajar, kelompok sosial,
lingkungan, dan sifat-sifat warisan.
4.
Setiap periode perkembangan mempunyai kekhususan.
Hal tersebut
perlu diketahui dan diperhatikan dalam menghadapi individu, agar supaya ia
dapat dihadapi secara tepat.
Perkembangan
ditandai adanya perubahan-perubahan baik kuantitatif maupun kualitatif, adapun
prinsip perkembangan itu meliputi:
- Perkembangan merupakan proses
yang tidak pernah berhenti
Manusia
secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman
atau belajar sepanjang hayat. Perkembangann berlangsung secara terus
menerus sejak masa konsepsi hingga mencapai kematangan (masa tua).
- Semua aspek perkembangan saling
mempengaruhi
Setiap aspek
perkembangan individu, baik fisik, psikis (emosi dan inteligensi) maupun
sosial, satu sama lain saling mempengaruhi. Misalnya anak dalam pertumbuhan
fisik sering terganggu kesehatannya (sakit), maka ia akan mengalami gangguan
dalam aspek perkembangan lainnya, seperti kecerdasannya menjadi kurang
berkembang dan mengalami kelabilan emosional.
- Perkembangan mengikuti pola
atau arah tertentu
Perkembangan
terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap
perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan
prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Contoh, untuk dapat
berjalan, seorang anak harus dapat berdiri terlebih dahulu dan berjalan
merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya, yakni berlari atau meloncat.
- Perkembangan terjadi pada tempo
yang berlainan
Perkembangan
fisik dan mental mencapai kematangan terjadi pada tempo dan waktu yang
berbeda (ada yang cepat dan ada pula yang lambat). Misal, (a) otak
mencapai bentuk ukuran yang sempurna pada usia 6-8 tahun, (b) tangan, hidung,
dan kaki mencapai pertumbuhan yang maksimum pada masa remaja, dan (c) imajinasi
dan kreativitas berkembang dengan cepat pada masa kanak-kanak dan mencapai
puncaknya pada masa remaja.
- Setiap fase perkembangan
mempunyai ciri khas
Prinsip ini
dapat dijelaskan dengan contoh berikut: (a) sampai umur 2 tahun, anak
memusatkan perhatian pada mengenal lingkungan, menguasai gerak-gerik fisik, dan
belajar berbicara, (b) pada umur 3-6 tahun, perkembangan dipusatkan pada
sosialisasi yakni belajar bergaul dengan orang lain, (c) pada usia remaja,
perkembangan berpusat pada membina hubungan dengan lawan jenis, (d) pada usia
dewasa, perkembangan berpusat pada persiapan dunia kerja dan perkawinan, dan
(e) pada usia lanjut, perkembangan dipusatkan pada persiapan menghadapi
pensiun.
- Setiap individu yang normal
akan mengalami fase/tahap perkembangan
Prinsip ini
berarti bahwa dalam menjalani hidup yang normal dan berusia panjang individu
akan mengalami fase-fase perkembangan: bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan
masa tua.
C.
Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Remaja berasal dari bahasa latin adolescence,
artinya “tumbuh untuk mencapai kematangan”. Lebih lanjut adolescence memiliki arti yang luas,
mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991).
Remaja berada pada batas peralihan kehidupan dari anak menuju ke masa
dewasa. Mappiare (1982) menyebutkan bahwa masa remaja berlangsung antara
umur 12 – 21 tahun bagi wanita dan 13 – 23 bagi pria. Hilgard (1987)
menyatakan bahwa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Remaja ditandai oleh adanya kematangan seksual, memantapkan
identitas sebagai individu yang terpisah dari keluarga dan menghadapi tugas
menentukan cara mencari mata pencaharian. Batasan remaja sesungguhnya sulit
didefinisikan, bahkan Sarlito (1991) menyatakan tidak ada profil
remajaIndonesia yang seragam dan berlaku secara nasional.
Masa remaja sering dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh Erickson di
sebut dengan identitas ego (ego
identity). Masa ini terjadi karena remaja merupakan peralihan antara
masa kehidupan anak-anak dan kehidupan dewasa. Ditinjau dari segi fisik mereka
bukan lagi anak-anak melainkan seperti orang dewasa tetapi belum menunjukkan
sikap dewasa.
Remaja sebetulnya tidak memiliki tempat, mereka tidak termasuk golongan
anak-anak tetapi belum juga diterima secara penuh untuk golongan orang
dewasa. Oleh karena itu remaja sering dikenal dengan fase ”mencari jati
diri” atau “fase topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan
memfungsikan secara maksimum fungsi fisik maupun psikisnya (Monk, dkk,
1989). Yang perlu ditekankan pada remaja ini adalah bahwa fase remaja
merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik
dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik.
Karakteristik remaja yang berhubungan dengan pertumbuhan
(perubahan-perubahan fisik) ditandai oleh adanya kematangan seks primer dan
sekunder. Sedangkan karakteristik yang relevan dengan perkembangan
(perubahan-perubahan aspek psikologis dan sosial).
1. Pertumbuhan Fisik: Kematangan Seks Primer
Kematangan seks primer adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan kematangan
fungsi reproduksi. Kematangan seks primer bagi remaja perempuan ditandai
dengan datangnya menstruasi (menarche).
Dengan timbulnya kematangan primer ini remaja perempuan merasa sakit kepala,
pinggang, perut, dan sebagainya yang menyebabkan merasa capek, mudah lelah,
cepat marah. Adapun kematangan seks primer bagi remaja laki-laki ditandai
dengan mimpi basah (noeturnal
emmission).
2. Pertumbuhan Fisik: Kematangan Seks Skunder
Karekteristik seks skunder yaitu ciri-ciri fisik yang membedakan dua jenis
kelamin. Perubahan ciri-ciri skunder pada remaja laki-laki nampak seperti
timbulnya “pubic hair” rambut
di daerah alat kelamin, timbulnya “axillary
hair” rambut di ketiak, seringkali tumbuh dengan lebat rambut di lengan,
kaki, dan dada, kulit menjadi lebih kasar dari pada anak-anak, timbulnya
jerawat, kelenjar keringat bertambah besar dan bertambah aktif sehingga banyak
keringat keluar. Otot kaki dan tangan membesar, dan timbulnya perubahan
suara.
Karakteristik seks skunder remaja perempuan ditandai seperti perkembangan
pinggul yang membesar dan menjadi bulat, perkembangan buah dada, timbul “pubic
hair’ rambut di daerah kelamin, tumbul “axillary hair” rambut di ketiak, kulit
menjadi kasar dibandingkan pada anak-anak, timbul jerawat, kelenjar keringat
bertambah aktif sehingga banyak keringat yang keluar dan tumbuhya rambut di
lengan dan kaki.
3. Perkembangan Aspek Psikologis dan Sosial
Karakteristik yang relevan dengan perkembangan (aspek psikologis dan
sosial) telah ditandai oleh adanya hal berikut: (1) emosionalitas tinggi; (2)
keadaannya tidak stabil; (3) sangat sugestibel; (4) mencari identitas diri; (5)
pergaulan dengan teman sebaya menjadi amat kuat (aktivitas kelompok); (6)
tertarik pada lawan jenis; (7) bersifat kritis; (8) berkeinginan besar mencoba
segala hal yang belum diketahuinya; (9) seringkali mengadakan pertentangan;
(10) keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas; dan (11)
mengkhayal dan berfantasi.
Menurut Surakhmad (1980) remaja Indonesia menunjukkan bahwa perkembangan
yang sempurna membawa peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin mereka, dapat
mempertimbangkan dan mengambil keputusan sendiri, melepaskan diri dari ikatan
emosional dengan orang tua, memulai hidup berkeluarga, memulai hidup dalam
ketatasusilaan dan keagamaan.
Lebih lanjut
Hurlock (1991) menjelaskan bahwa ciri-ciri remaja sebagai berikut:
1)
Masa remaja sebagai periode yang penting
Remaja merupakan periode penting karena pertumbuhan fisik dan perkembangan
psikis. Pertumbuhan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya
perkembangan mental. Pertumbuhan dan perkembangan ini menimbulkan
perlunya penyesuaian mental, sikap, nilai, dan minat baru
2)
Masa remaja sebagai periode peralihan
Setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat
keraguan terhadap peran yang dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi
seorang anak-anak dan juga bukan orang dewasa. Kalaupun remaja berperilaku
seperti anak-anak maka ia akan diajari bertindak atau berbuat sesuai umurnya,
namun kalau remaja berperilaku seperti orang dewasa, ia sering dituduh
“celananya kebesaran” dan dimarahi karena mencoba berbuat seperti orang dewasa.
3)
Masa remaja sebagai masa perubahan
Tingkat
perubahan pada sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat
perubahan fisik. Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan
perilaku dan sikap pun berlangsung pesat, begitu pula sebaliknya.
4)
Masa remaja sebagai usia bermasalah
Dua kesulitan yang sering ditemui masa remaja dan menjadi sumber masalah
adalah: (1) sepanjang masa kanak-kanak sebagian masalahnya diselesaikan oleh
orangtua dan orang dewasa lain (guru) dan (2) karena para remaja merasa diri
mereka mandiri sehingga menolak bantuan orangtua dan orang dewasa lainnya untuk
menyelesaikan masalahnya.
5)
Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada tahun-tahun awal remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap
penting bagi remaja perempuan dan laki-laki. Lambat laun mereka mulai
mendambakan identitas diri dan sering tidak puas menjadi sama dengan
teman-teman dalam segala hal seperti sebelumnya
6)
Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi,
tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak, menyebabkan orang dewasa yang
harus membimbing dan mengawasi kehidupannya karena takut bertanggungjawab dan
bersikap simpatik terhadap perilaku remaja normal
7)
Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah para remaja mulai
memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa seperti
merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obat terlarang dan terlibat
dalam perbuatan seks.
8)
Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja seringkali melihat diri sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia
inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita.
Cita-cita yang tidak realistik akan menyebabkan meningginya emosi.
D.
Keterkaitan Kematangan dan Pengalaman
Dalam pembahasan mengenai pertumbuhan dan perkembanagn remaja di atas
telah diuraikan beberapa aspek yang sedang dialami oleh setiap diri
remaja–aspek biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan ada dua aspek yang penting yang sangat menetukan keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan. Kedua aspek itu adalah kematangan dan pengalaman.
- Kematangan
Pertumbuhan dan perkembangan berawal dari cetak biru (blue print) yang dibawa anak sejak
lahir. Bahwa setiap anak telah membawa potensi untuk menjadi dirinya
sebagaimana yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam masa-masa
tertentu suatu potensi mengalami kematangan (maturation).
Kematangan adalah urutan perubahan teratur yang ditentukan oleh cetak biru
genetic yang kita punyai (Santrock, 2003). Dalam kondisi sempurna, maka
pertumbuhan dan perkembangan manusia akan berjalan dengan teratur. Keteraturan
akan mengalami persoalan manakala lingkungan tidak bersahabat bagi
terjadinya pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Ibarat menanam jagung,
benih jagung bagus yang ditebar di tanah tandus akan tumbuh menjadi jagung
secara tidak sempurna, misalnya daunnya tidak lebat, biji jagungnya tidak rata,
sebaliknya dia akan tumbuh sempurna kalau ditebar di tanah subur.
Jadi dalam proses tumbuh-kembang manusia ada waktu-waktu tertentu dimana
suatu kemampuan dalam kondisi matang, siap untuk ditumbuh-kembangkan. Terkait
dengan pertumbuhan kemampuan otak manusia sebagaimana telah diuraikan di bab
sebelumnya, maka peristiwa kematangan ini didorong oleh adanya suatu kematangan
kemampuan tertentu. Apabila kematangan ini direspon dengan kesempatan dan
fasilitas belajar yang memadai, maka ia akan tumbuh dan berkembang membentuk suatu
jaringan kompleks pada otak manusia.
Terkait dengan aspek kematangan, pendidik harus peka menemukan kapan masa
kematangan suatu kemampuan muncul dan siap dengan program pendidikan yang
diharapkan. Keterlambatan menangkap peristiwa kematangan terhadap suatu
kemampuan akan berakibat kurang baik sebagaimana yang diharapkan.
- Pengalaman
Pengalaman memegang peranan penting bagi terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan remaja menjadi manusia dewasa yang penuh tanggung jawab. Dalam
kaitan ini, pengalaman menyangkut dua aspek yaitu pengalaman biologis dan
sosial.
Pengalaman biologis yang dimaksud adalah persoalan gizi, perawatan
kesehatan, obat, dan kecelakaan fisik. Seorang anak yang mengalami kekurangan
gizi akan tumbuh secara tidak sempurna. Perawatan kesehatan yang diperhatikan
misalnya pengaturan waktu kerja, istirahat, dan tidur secara proporsional akan
mampu menjaga pertumbuhan dan perkembangan individu. Demikian juga pemanfaatan
obat-obatan baik untuk keperluan pengobatan sakit maupun sebagai bagian suplemen
tubuh akan sangat menentukan apakah seorang anak tumbuh dengan baik. di samping
itu, keinginnan remaja untuk tampil sebagai pahlawan di antara kawan-kawannya
seringkali membawa resiko kecelakaan fisik. Semua peristiwa itu akan
berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak remaja.
Aspek kedua adalah pengalaman sosial bersama dengan orang-orang di
lingkungan keluarga, teman sebaya, sekolah, dan masyarakat sekitarnya.
Pengalaman bergaul dengan orang lain dalam suasana yang akrab dan sarat dengan
pengalaman belajar akan membuat anak berkembang secara meyakinkan.
Dalam berbagai kesempatan, remaja lebih mengutamakan hubungan berkawan
ketimbang hubungan dengan orangtua. Mereka cenderung mengutamakan
pengalaman-pengalaman hidup yang dinikmati bersama kawan-kawannnya. Bahkan
seringkali remaja berani melakukan beberapa perbuatan yang bisa jadi
bertentangan dengan kehendak orangtua mereka. Oleh karena itu, bagaimana
penyesuaian diri remaja dengan orang lain perlu mendapatkan perhatian orangtua.
Hal terakhir ini akan diuraikan tersendiri pada bab terakhir.
Oleh karena pertumbuhan dan perkembangan remaja dipengaruhi oleh faktor
kematangan dan pengalaman hidup, maka muncul persoalan mana yang lebih dominan.
Dalam hal ini tidak bisa dipilih salah satu lebih baik dari lainnya. Keduanya
saling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan remaja. Hal yang
paling pokok adalah bagaimana masa kematangan remaja diidentifikasi dan
bagaimana pendidik menfasilitasi remaja untuk mendapatkan pengalaman yang
berharga bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar